CATATAN-MERAH.COM, PILKADA BANGKA BELITUNG – BERAMAL dengan Harta Tak BERKAH?
Opini Pikiran Rakyat.
Oleh: Mang Resad
Krisis kader KADA (kepala daerah) di Babel sedang terjadi. Petunjuk paling jelas terlihat pada jumlah pasangan calon KADA yang minim. Di tingkat provinsi, hanya ada dua pasang yang maju. Ini rekor paling sedikit sepanjang sejarah di Babel, sejak 2007.
Pembangunan politik Babel, dalam 5 sampai 7 tahun belakangan, dengan fakta itu bisa dibilang tidak mengalami kemajuan. Bahkan yang terjadi adalah kemunduran.
BAGAIMANA 10 PROGRAM UNGGULAN?
Slogan BERKAH yang diusung cagub 2017, yang kemudian menjadi Gubernur Babel yang katanya mempunyai program paling unggul hingga 2022, hanya tinggal slogan.
Sebab, BERKAH itu, kata para ustadz atau guru ngaji, maknanya bertumbuh, bertambah, berkembang, dan semacamnya.
Faktanya, pada pilkada 2017, ada 4 (empat) pasangan kandidat yang maju. Sedangkan pilkada tahun ini menyusut 50% menjadi 2 (dua) pasangan.
Bagi petahana, sedikit yang maju ke gelanggang pilkada ini mungkin justru menggembirakan. Dalam hitung-hitungan sederhananya, peluang menang menjadi lebih besar. Karena lawannya sedikit. Sementara duit yang ia tabung sudah sangat banyak. Lebih berlimpah dari pada tabungan untuk nyagub periode lalu.
Mengacu ke makna BERKAH yang tadi disebutkan sebagai bertumbuh, bertambah, dan seterusnya, bisa jadi hingga hari ini petahana merasa perjalanan politiknyalah yang berkah. Karena pundi-pundinya semakin penuh.
Menarik, ketika untuk menghadapi pilkada tahun ini kemudian ia mengusung slogan baru yaitu BERAMAL. Masih tetap ada bau-bau agamisnya.
Antara BERKAH dan BERAMAL memang ada hubungannya. Supaya BERKAH, harta yang didapat harus diupayakan dengan BERAMAL yang benar. Begitupun dengan memanfaatkan harta itu supaya BERKAH. Harus dengan BERAMAL yang benar pula?
Mendapatkan dan lalu menyalurkan harta secara tidak benar, jelas mengabaikan aspek keBERKAHan. Alih-alih manfaat yang didapat justru mudorat.
Masalahnya, apakah materi atau harta yang menjadi modal petahana untuk BERAMAL dalam pilkada 2024 ini, didapat dengan cara yang benar?
Tentu, hanya Tuhan saja yang tahu pasti kenyataan yang sebenarnya. Manusia hanya bisa menelusuri dengan akal sehat yang dikurniakanNya.
Jika sudah banyak “anak buah” petahana yang ditersangkakan dan ditahan serta dipenjarakan karena perkara duit “HARAM“, mungkin hanya otak miring yang masih percaya bahwa tangan petahana adalah suci dari “kotoran b*bi”.
Dengan tangan itulah, izin “memakan buah khuldi” ia tanda tangani, dulu. Lalu dengan telunjuk arogannya mengarahkan “k*parat penenggak hukum” untuk menersangkakan anak buahnya sendiri. Pasti, tidak dengan “pro deo” alias gratisan. Melainkan dengan bayaran, menggunakan duit kotor imbalan jasa dari cukong-cukong. Agar ia tetap selamat dan tercitrakan sebagai bapak suci.
Tapi, sepandai-pandai tupai melompat pasti akan jatuh juga. Hanya masalah waktu.
Akan sangat baik, jika sebelum hari H pilkada berlangsung, tupai itu telah ditangkap. Biar tangan-tangan suci rakyat tak ikut kotor karena mencoblos calon, yang tangannya berlumuran peluh dan air mata derita orang banyak.
Penulis. Mang resat/Rasyid Ridho. 20/9/2024.
(Redaksi/Catatanmerah)