CATATAN-MERAH.COM, PANGKALPINANG —Di tengah hiruk-pikuk operasi besar Satgas Penertiban Kawasan Hutan (PKH) yang dibentuk Presiden Prabowo Subianto, muncul satu suara yang memilih bicara apa adanya: Mardiansyah, Kepala KPHP Sungai Sembulan. Ia mengungkap kondisi lapangan yang timpang antara tugas besar dan tenaga yang serba terbatas.
Penangkapan sembilan unit excavator ilegal di Lubuk Pabrik, Kecamatan Lubuk Besar—menyusul 14 unit sebelumnya—membuat publik kembali menyorot peran Polisi Kehutanan. Pertanyaan pun menyeruak: mengapa tambang ilegal yang beroperasi lama itu baru tersentuh ketika Satgas TNI turun?
Menjawab itu, Mardiansyah memaparkan realitas yang selama ini jarang muncul ke permukaan.
“Tim Polhut KPHP Sungai Sembulan melakukan patroli rutin, bang. Tiga wilayah sekaligus: Sungai Sembulan, Sungai Kurau, dan Lubuk Besar. Luas totalnya sekitar 121 ribu hektare. Anggota Polhut hanya dua orang,” ujarnya, tanpa tedeng aling-aling.
Dua petugas untuk kawasan hampir dua kali luas Jakarta—ibarat menugaskan dua ronda menjaga belantara yang jadi incaran alat berat.
Meski minim personel, Mardiansyah menegaskan bahwa semua prosedur tetap dijalankan.
“Kalau ada temuan ilegal—baik tambang maupun pembukaan lahan—kami mulai dari pemasangan spanduk larangan, pemanggilan, hingga surat peringatan. Semua sesuai SOP kehutanan,” katanya.
Pernyataan ini muncul merespons kritik sejumlah pihak, termasuk aktivis muda Andi Firdaus Purnama, yang menilai KPHP lamban bertindak sebelum operasi satgas berlangsung.
Mardiansyah tidak menepis kritik tersebut. Ia menekankan bahwa keterbatasan personel dan luasnya tiga wilayah pengelolaan—KPH Sungai Sembulan, KPH Sungai Kurau, dan KPH Lubuk Besar—membuat pengawasan sering kalah langkah dari pergerakan tambang ilegal yang makin licin.
Suara Mardiansyah menyiratkan bahwa persoalan tambang ilegal bukan cuma soal keberanian menindak, melainkan juga logistik dan kekuatan lapangan. Dua Polhut jelas bukan tandingan jaringan penambang yang bergerak senyap namun massif.
Isu tambang ilegal ini mungkin terus bergulir, tetapi satu hal kini terang: di balik operasi besar yang ramai diberitakan, ada para penjaga hutan yang bekerja dalam senyap—dengan jumlah personel yang bisa dihitung dengan jari. (Redaksi/JB 007 Babel)












