CATATAN-MERAH.COM, SUNGAI SELAN, — Di sudut Desa Melabun, Kecamatan Sungaiselan, sebuah rumah sederhana milik seorang kolektor bernama Albi tampak lebih sibuk daripada kantor pelayanan publik. Sabtu malam, 6 Desember 2025, suasana halaman rumah itu padat oleh sepeda motor para penambang liar yang hilir-mudik membawa bijih timah dan butiran emas.
Semua berlangsung nyaris tanpa kamuflase. Para pengantar masuk silih berganti, menenteng karung dan kantong kecil, lalu keluar dengan wajah yang—dilihat sekilas—lebih lega dari dompetnya. Aktivitas yang oleh warga disebut sudah “bertahun-tahun tak pernah surut”, namun entah bagaimana selalu lolos dari pengawasan.
Seorang warga yang meminta identitasnya disamarkan, sebut saja Red, mengangkat bahu saat berbicara dengan wartawan.
“Kegiatan pembelian timah dan butiran emas ini sudah berjalan cukup lama di rumah Albi. Semua orang di Melabun tahu,” ujarnya, memberi kesan bahwa rahasia ini bukan lagi rahasia, kecuali mungkin bagi pihak yang seharusnya bertindak.
Dilansir dari Topberita.co.id edisi (7/12/2025) minggu pagi, Kapolres Bangka Tengah AKBP Dr. I Gede Nyoman Bratasena, S.I.K., memastikan bahwa laporan warga sudah ditindaklanjuti. Namun hasilnya justru menciptakan tanda tanya baru.
“Sudah didatangi anggota, tidak menemukan adanya pembelian timah atau emas,” ujarnya singkat.
Namun, Kontras antara pantauan lapangan dengan laporan aparat membuat suasana kian kabur. Apakah transaksinya terlalu licin, pengawasannya terlalu longgar, atau para pelaku sudah terlalu pandai bermain petak umpet?
Isu makin melebar ketika nama Kamal disebut-sebut terkait aliran dana yang menghidupi operasi kolektor tersebut. Upaya konfirmasi kepada Kamal hingga kini belum berbuah jawaban. Pesan terkirim—centang biru tak kunjung berubah.
Wartawan masih berusaha menguji kebenaran dugaan bahwa jaringan pembelian timah dan emas ilegal di Melabun tak berdiri sendiri, melainkan memiliki penopang yang selama ini menikmati sunyinya pengawasan.
Kasus ini menyeret satu tanda tanya besar: bagaimana mungkin aktivitas yang begitu terang-terangan justru tampak seperti bayangan ketika dicari aparat? Melabun seolah menjadi panggung kecil tempat hukum berjalan pelan, dan para pemain lama justru berlari lebih cepat. (Redaksi/JB 007 Babel)












