CATATAN-MERAH.COM, KURAU TIMUR, BANGKA TENGAH –- Bayangan malam di Desa Kurau, Bangka Tengah, menjadi saksi bisu tindakan yang merenggut psikologis. Enam remaja tanggung di bawah umur, yang sebagian besar masih berbalut seragam sekolah, menjadi korban kekerasan brutal yang diduga dilakukan oleh tiga oknum aparat penegak hukum. (APH) Jum’at malam, (12/9/2025)
Peristiwa pilu ini bagai petir di siang bolong, mengejutkan warga dan melukai hati nurani para orang tua korban.
Menurut kesaksian salah satu korban AL (16), kejadian bermula dari candaan melempar mercon di jalanan mengunakan sepeda motor dengan ber iring-iringan saat hendak pulang ke kota pangkalpinang.
Hal ini terjadi saat enam remaja tersebut melintasi Desa Kurau, Kecamatan Koba, Kabupaten Bangka Tengah tepatnya di depan gerai indomaret Kurau Timur.
“Kami niatnya bercanda, bukan mau melempar mereka,” ungkapnya lirih, mencoba merangkai kembali pecahan memori tragis.
Namun, mercon yang jatuh di jalan, memicu amarah tiga oknum Brimob dan Polda Babel yang belakangan di ketahui bernama ZK, DG dan PD hingga terjadi pengejaran terhadap sejumlah remaja tanggung.
Tanpa basa basi, bak anjing liat yang terlepas dari sangkar, tiga oknum aparat itu memburu AL dan rekannya hingga tertangkap.
“Kami langsung dipepet, tangan saya ditarik, lalu saya dipukul,” cerita AL, matanya menerawang.
Puncaknya, mereka diseret ke sebuah gang kecil nan gelap di samping gerai Indomaret jauh dari mata publik. Di sanalah, pemukulan dan kekerasan verbal dimulai, menciptakan neraka kecil bagi para remaja yang tak berdaya.
Tak hanya itu, oknum tersebut juga memaksa AL untuk menghubungi rekan-rekannya yang lain. Dengan nada mengancam, mereka meminta agar kawan-kawan AL kembali, atau “tidak dibalik lagi.” Ancaman ini bagai pisau yang menusuk hati, membuat AL dan kawan-kawan yang lain dilanda kepanikan.
Saat teman-teman mereka tiba, tanpa ada penjelasan, mereka langsung diseret dan dipukuli.
“Kawan saya dicekik, ditampar, bahkan di-smackdown,” kenang AL, suaranya bergetar.
Hantaman dan tendangan seakan menjadi sarapan pagi, sementara kata-kata kotor menjadi bumbu yang menyakitkan. Perlakuan keji ini baru berhenti setelah Kepala Desa setempat datang menengahi, bagai malaikat yang turun dari langit untuk melerai kegilaan yang terjadi.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada keterangan resmi dari pihak kepolisian terkait kasus dugaan penganiayaan ini. Namun, peristiwa ini telah menyisakan luka mendalam bagi para korban dan keluarganya.
Luka fisik mungkin akan sembuh, tetapi trauma psikologis akan menjadi bayangan panjang yang terus menghantui. Kasus ini menjadi alarm bagi semua pihak, bahwa kekuasaan tidak boleh disalahgunakan untuk melukai, melainkan untuk melindungi.
Mengetahui penganiayaan yang menimpa anaknya yang diduga di lakukan beberapa oknum Anggota Aparat Penegak Hukum , salah satu orang tua korban bernama Putri Siska (36) perempuan kelahiran Kel. Kramat Kota Pangkalpinang membuat laporan ke Bid Propam Polda Babel untuk di proses lebih lanjut terkait kejadian menimpa anaknya yang di lakukan oleh beberapa oknum APH Olda Babel Bripda Zaki dkk.
Sementara keluarga korban saat di konfirmasi jejaring media mengatakan, aksi penganiayaan yang menimpa anaknya berjumlah tiga orang yang bertugas di Mapolda Babel.
“La tau Gale lah identitasnya, oknumnya bernama ZK DG oknum Brimob berpangkat tamtama pratu. Dan PD bertugas di Polda”, ungkapnya.
Sementara hingga berita ini di publish, Awak media masih mengupayakan konfirmasi terhadap tiga Oknum APH yang diduga melakukan kekerasan yang saat ini telah di laporkan oleh orang tua Korban. Satu dari oknum, Melalui pesan whatsapp, ZK saat di konfirmasi belum memberikan tanggapan. Sabtu sore, (13/9/2025) pukul 17.00 WIB.
Di kesempatan berbeda, Jadila selaku Kepala Desa (Kades) Kurau Timur melalui sambungan telepon Sabtu, 11.17 Wib membenarkan adanya sejumlah pemuda yang di kelilingi para oknum anggota.
Hanya saja dirinya tidak mengetahui adanya pemukulan dan penganiayaan yang dilakukan tiga orang oknum APH terhadap sejumlah remaja.
“Aok kejadian nya malam. Awal seperti itu dari keterangan yang didapat. Para remaja itu main percon di jalan. Dan aku mendapat laporan dari warga ada keributan.
Sampai di lokasi, sebagai kepala desa hanya bisa menasehati para remaja, kasian orang tua ikak. Soalnya ada pemukulan aku bener- bener dak tau”, papar Kades Jadila.
Beredar informasi yang didapati dari klarifikasi oknum PD kepada orangtua korban dalam sebuah rekaman telepon, PD menjelaskn, bahwa dirinya tidak pernah melakukan pemukulan dan penganiayaan. Lebih jauh, PD mengatakan saat kejadian dirinya tidak berada di lokasi tempat kejadian, namun hanya ada oknum APH bernama ZK dan oknum APH bernama AGS.
“Nama kan la ter-up di Polda kami bertigela buk. Aku Padil buk, ku dak de bu di situ buk. Izin. Yang ade di situ cuma dua anggota di situ, D**g* dan Z*k* buk izin buk. Tapi anak ibu berpikir ade tiga anggota di situ.
Kumohon ibu menjelaskan kepada propam kalau ku dak de (red-tidak ada) di lokasi dan dak pernah melakukan pemukulan kepada anak Ibuk.”, ujar PD dalam rekaman telepon.
Klarifikasi PD di sambut tegas oleh orangtua korban.
“Nanti kita lihat bagaimana hasil pemeriksaan di Polda oleh propam. Kelak anak-anak (red-korban) dan saksi akan buka siap bai yang melakukan pemukulan”, ucap orang tua korban dalam rekaman sambungan telepon.
(Red)












