Bawa-Bawa Kerja Sebagai Marbot Masjid Arsani, Farhan Ancam Laporkan Wartawan

  • Bagikan

CATATAN-MERAH.COM, BANGKA — Nama Farhan, penyuluh agama di lingkungan Kementerian Agama Kabupaten Bangka, kembali jadi sorotan setelah muncul dalam pemberitaan dugaan penipuan dan pemerasan terhadap warga Paritpadang. Tidak terima dengan isi berita tersebut, Farhan menuding wartawan telah melakukan fitnah, bahkan mengancam akan melaporkan media ke Dewan Pers.

Melalui serangkaian pesan WhatsApp, Farhan menyampaikan keberatan kerasnya atas pemberitaan yang dianggap merugikan dan tidak berimbang. Ia menilai wartawan yang menulis berita tersebut tidak sabar menunggu penjelasan resmi darinya yang saat itu, menurutnya, masih berada dalam kegiatan rapat internal.

> “Oh iya ndak apa-apa, silakan dikutip. Karena apa namanya, saya belum ada hak menjawab, lagi rapat. Anda nggak sabar menunggu gitu loh, ini wartawan apa?” tulis Farhan dengan nada tinggi.

Ia juga menyebut bahwa berita yang dimuat bukanlah bentuk hak jawab, melainkan fitnah. Dalam pesannya, Farhan bahkan menyinggung identitas pribadi wartawan dan relasi sosial di lingkungan pemerintahan daerah.

> “Ya ini Abi ya. Ini bukan hak jawab, ini juga fitnah begitu. Ya udah, saya lapor ke Dayat langsung lah. Karena saya marbot Masjid Arsani, saya ini tukang bersih WC-nya masjidnya Pak Gubernur. Sebentar ya, ini link-nya ke Djauhari juga ya, atau Yasir. Nah itu nanti, kucoba ya, tunggu sebentar,” ujar Farhan.

Ia kemudian menuding media yang memberitakan dirinya tidak profesional karena, menurutnya, tidak melakukan klarifikasi langsung secara tatap muka.

> “Dikonfirmasi dulu beritanya, itu kan ketemu dulu, jangan langsung naik-naik. Kalian ini profesional enggak sih jadi media!? Aduh…,” lanjutnya.

Dalam pesannya, Farhan mengaku tidak takut menghadapi konsekuensi hukum, bahkan siap jika harus kehilangan jabatan, selama ia merasa membela kebenaran.

> “Yang saya takutkan itu hanya tiga ya. Saya enggak takut di penjara kalau bela kebenaran, kalau salah saya ngaku salah. Yang kedua, saya enggak takut mati. Yang ketiga, saya enggak takut dipecat. Saya cuma takut Allah marah, Rasul marah, dan orang tua marah,” ujarnya.

Farhan juga menambahkan bahwa dirinya sedang dalam keadaan rapat dan baru selesai menunaikan salat Asar ketika mengetahui berita tersebut sudah naik.

> “Coba ketemu dulu, tenang-tenang. Jangan diperalat, kasihan kek ikak lah. Tenang-tenanglah… Saya lagi rapat, baru selesai salat Asar, salat jenazah kutinggalkan karena mau balas WA ikak. Tau-tau lah naik berita ini, kan ngerapik gitu kan,” katanya.

Sementara itu, pihak redaksi menegaskan bahwa berita sebelumnya telah ditulis berdasarkan keterangan langsung dari warga yang mengaku korban, serta sudah mencoba mengonfirmasi Farhan sebelum tayang.

Persoalan ini kini tidak hanya menjadi isu moral dan etika di tubuh ASN, tetapi juga membuka diskusi soal hubungan antara pejabat publik dan kebebasan pers, terutama dalam konteks tanggung jawab media terhadap keseimbangan informasi dan hak jawab narasumber.

(Redaksi/JB 007 Babel)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!