BANGKA BELITUNG – Keberadaan dan keberpihakan Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Bangka (ISBA) Yogyakarta patut dipertanyakan. Ditengah mencuatnya polemik pengosongan berbuntut pengusiran penghuni asrama ISBA Yogyakarta hingga asrama disulap menjadi proyek rumah singgah bahkan, kuat dugaan adanya praktik pungli. Senin (3/2/2025).
Perihal ini menjadi sorotan publik. Pasalnya, sikap dan kejelasan IKA ISBA Yogyakarta selama ini, apakah berada dipihak pengurus ISBA atau pihak Pemkab Bangka ataukah berada dalam tataran bermain aman.
Wadah alumni yang baru dibentuk seumur jagung itu harus tenggelam tanpa suara, eksistensinya tidak benar-benar diperhitungkan pemerintah.
Preseden buruk ini tidak hanya menjatuhkan marwah asrama dan organisasi ISBA Yogyakarta. Seakan dioobok-obok, ditelanjangi dan dilecehkan oknum-oknum provokatif yang berlindung dibalik nama Pemkab Bangka, terus berulang-ulang terjadi dan berlangsung sejak lama.
Kini hampir 7 dekade usia ISBA Yogyakarta berdiri, namun pasca terbentuk dan deklarasi akbar IKA ISBA Yogyakarta pada tahun 2016 lalu, kapal besar IKA ISBA yang dinahkodai Syahrial Ridho kini menjadi tanda tanya publik.
Kepengurusan IKA ISBA Yogyakarta dinilai acuh dan krisis empati, saat pemerintah mengeluarkan kebijakan yang berujung diskriminatif dan mengkerdilkan ruang berdemokrasi serta kreativitas para mahasiswa.
Mantan Juru Bicara ISBA Yogyakarta 2013-2015, Aqbal Haikal mengkritisi keberadaan dan fungsi IKA ISBA Yogyakarta yang dinilai tidak jelas arah dan tujuannya.
“Saya melihat sejauh ini orientasi dan spirit IKA ISBA Yogyakarta telah bergeser jauh. Bahkan tidak jelas lagi apa capaian dan tujuan kedepan. Jika tidak salah ketuanya juga tidak berganti sampai mati.
Kami menyayangkan oknum-oknum yang memanfaatkan IKA ISBA Yogyakarta sebagai alat kepentingan politik dan meraup keuntungan pribadi,” katanya.
Mantan Ketua Rayon ISBA Yogyakarta, Kabupaten Bangka Tengah inipun mengungkapkan, IKA ISBA Yogyakarta jangan bersembunyi. Seyogianya berdiri tegak, berjuang membela kepentingan pengurus dan penghuni asrama ISBA Yogyakarta.
Ia menilai permasalahan itu terkesan dibiarkan IKA ISBA sehingga kisruh dari tahun ke tahun.
“Saya berpendapat justru hal ini menimbulkan kecurigaan dan suatu kemunduran bagi generasi ISBA Yogyakarta hari ini. Dari sekian banyak asrama daerah di Yogyakarta, hanya asrama ISBA Yogyakarta yang selalu kisruh dan di obok-obok kepentingan Pemkab dan tangan jahat oknum yang mengaku senior. Ini tidak etis dan sudah melebar kemana-mana.
Senior seharusnya melindungi dan mengayomi, namun faktanya kebablasan malah ikut campur persoalan internal dan pribadi mahasiswa,”ungkap nya.
Aqbal Haikal juga mengecam pihak-pihak yang berupaya selama ini merubah historis dan sejarah asrama dan ISBA Yogyakarta. Bahkan ia mewanti-wanti adanya perubahan nama asrama ISBA yang kini menjadi Mess.
“Pahami sejarah dahulu baru berbicara, jangan nanti tidak pernah berkunjung ke asrama, tidak pernah menjadi penghuni dan pengurus ISBA Yogyakarta lantas asal bunyi seakan paling tahu dan benar.
Saya patut menduga ada upaya terselubung dibalik berubahnya nama asrama menjadi Mess, bahkan rumah singgah,”jelasnya.
“Rumah singgah dan asrama mahasiswa itu berbeda jangan dijadikan satu kesatuan, silahkan masyarakat Bangka check aliran uang retribusi yang diminta setiap ada tamu menginap apakah benar masuk ke kas daerah,” tukas Aqbal.
Tak berhenti disitu, dirinya juga turut menyoroti IKA ISBA Yogyakarta.
“Sejak berdiri hanya fokus kegiatan seremonial seperti reuni alumni, berfoto-foto dan makan-makan saja. Namun tutup mata seolah krisis kepedulian saat penindasan dan arogansi kebijakan sewenang-wenang pemerintah mengekang ruang demokrasi mahasiswa di asrama ISBA.
Seharusnya IKA ISBA Yogyakarta sebagai wadah berhimpun alumni lintas generasi dan angkatan memiliki rasa kecintaan dan kepedulian, sehingga berani bersuara menentang adanya dugaan peralihan fungsi bangunan asrama ISBA Yogyakarta secara perlahan.
“Lemahnya ikatan kekuatan persatuan dan bergeser nilai kebersamaan IKA ISBA Yogyakarta dipandang Pemkab Bangka sebelah mata. Faktanya berapa tahun belakang muncul kebijakan diskriminatif dan mendiskreditkan yang secara sengaja dilakukan untuk mengubur sejarah dan eksistensi ISBA,” pungkasnya.
Aqbal menerangkan, kedepan dirinya berharap manifestasi pada persoalan perjuangan ISBA Yogyakarta merupakan tanggung jawab yang harus dipikul bersama melalui ikatan emosional alumni dan sinergitas.
“Urgensi inilah sebagai penekanan bahwa masalah penghuni asrama dan pengurus ISBA Yogyakarta saat ini tanggung jawab moral para semua alumni harus segera diselesaikan jangan dibiarkan berlarut-larut. Sehingga kedepan generasi yang berorganisasi di ISBA dapat belajar berbagai macam hal keilmuan dan memiliki kualitas intelektual diatas rata-rata,” tutupnya. (Abie)